Salah satu yang menjadi indikator maju atau tidaknya suatu negara
dapat dilihat dari perkembangan ekonomi dan pemanfaatan sumber daya yang ada
dalam negara tersebut. Termasuk indonesia, negara dengan limpahan sumber daya
alam maupun sumber daya manusianya. Bayangkan, menurut data BPS tahun 2018
jumlah penduduk mencapai 270.054.853 juta jiwa. Juga, sumber daya alam berlimpah
terdiri dari perkebunan, perikanan, pertambangan, dan masih banyak lagi, semua ini
didukung oleh posisi strategis Indonesia.
Tetapi sungguh ironis, negara yang kaya raya sumber daya ini, masih
belum dapat dimanfaatkan dengan baik keberadaanya. Kemiskinan dan eksploitasi
sumber daya oleh pihak tertentu, masih menghantui rakyat indonesia. Kebijakan-
kebijakan pemerintah banyak yang tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat,
justru malah membebani rakyat kecil.
Hutang negara Indonesia pun, saat ini semakin membengkak. Bank
Indonesia (BI) merilis data utang luar negeri (ULN) Indonesia di akhir kuartal
I tahun 2018, tercatat USD 358,7 miliar atau setara kurang lebih 5 triliun
rupiah dalam kurs Rp. 14.000/ 1 dolar.
Zaman dan teknologi semakin berkembang, saat ini yang difokuskan
pemerintah selain melakukan pembangunan infrastruktur yang bertujuan untuk
menyokong kegiatan perekonomian rakyat. Yaitu, juga meningkatkann pertumbuhan
perekonomian negara. Salah satu yang dilakukan adalah dengan mengembangkan
ekonomi kreatif.
Ekonomi
Kreatif
John Howkins mendefinisikan Ekonomi Kreatif sebagai The Creation of
Value as a Result of Idea. Beliau menjelaskan kalau “Kegiatan ekonomi dalam
masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide,
tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat
ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan.”.
Ekonomi Kreatif, kini menjadi era baru di dunia ekonomi setelah
ekonomi pertanian, informasi, industri, dan bidang lainnya. Dengan melakukan
pemberharuan, serta mengandalkan informasi dan kreatifitas. Pada saat ini yang menjadi juara dalam bidang
industri kreatif adalah dibidang kuliner. Inovasi dan kreatifitas kuliner
semakin berkembang, dan tentunya sangat digandrungi masyarakat masa kini.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Badan Pusat Statistik (BPS)
merilis data, PDB ekonomi kreatif pada 2015 tercatat sebesar Rp852,56 triliun
dan berkontribusi 7,39% terhadap total perekonomian nasional. Kemudian pada
2016 mencapai Rp922,59 triliun dan tersebut berkontribusi sebesar 7,44%
terhadap total perekonomian nasional.
Sumber daya manusia seperti pemerintah, akademisi, dan pelaku
bisnis menjadi aktor-aktor utama dalam pengembangan ekonomi kreatif.
Masing-masing pemerintah daerah juga masyarakat setempat haruslah mengenali
mutiara daerahnya sendiri. Sayang
sungguh sayang, masyarakat kurang memahami dan memanfaatkan peluang dari
majunya teknologi digital. Banyak pula masyarakat pelosok yang belum paham dan
mengenal bagaimana peluang besar dari Ekraf.
Menurut Bekraf (Badan ekonomi Kreatif) 2016, pemerintah membagi
ekonomi kreatif dalam 16 subsektor, yaitu kuliner; arsitektur; disain produk;
disain interior; disain grafis; film, animasi dan video; musik; fesyen; seni pertunjukan;
games dan aplikasi; kriya; radio dan televisi; seni rupa; periklanan; fotografi;
serta penerbitan.
Kenapa
harus Ekonomi Kreaf?
Pertama, Ekraf pada dasarnya mampu menyerap banyak tenaga kerja
baru. Berdasarkan data yang dirilis Bekraf dan BPS pada tahun 2014, hampir 12
juta tenaga kerja terserap oleh ekonomi kreatif. Tentunya hal ini mampu
membantu program pemerintah, dengan mengurangi jumlah pengangguran yang ada.
Lalu dengan adanya semangat mengembangkan Ekraf dapat membantu pertumbuhan
ekonomi rakyat.
Kedua, Ekraf membantu mengenalkan identitas negara Indonesia dan
mengeksplor wisata juga keragaman kerajinan dari berbagai daerah ke kancah
internasional. Sebagai contoh, di malang terdapat kampung tematik, diantaranya
kampung warna warni jodipan yang digagas oleh mahasiswa dan mahasiswi jurusan
komunikasi UMM yang menggagas rumah bercat warna warni, kini menjadi salah satu
icon wisata kota Malang, dan masih banyak lagi. Lalu ada
Ketiga, Ekraf membantu masyarakat berfikir kreatif dan inovatif
dengan pemberbaharuan sumber daya yang ada disekitar. Sehingga menciptakan
iklim bisnis yang positif, selain itu dapat berkompetitif dengan dunia global,
dengan berbagai macam bidang di industri kreatif. Salah satu bidang yang
berkembang pesat saat ini ada pada kuliner. Wisata kuliner sering kali jadi
andalan turis-turis asing maupun turis nusantara untuk menyantap makanan khas
ketika sedang berwisata. Ada juga inovasi dan kreatifitas dibidang Fesyen yang
mengikuti mode masyarakat saat ini.
Strategi
Pengembangan Ekraf
Demi tercapainya Sistem Ekonomi Kreatif,
pemerintah pusat maupun daerah, juga aktor-aktor pelaku ekonomi seperti
akademisi, pelaku usaha, pemuda, maupun masyarakat harus bekerja sama. Bekerja
sama dalam membuat peta pemeringkatan/ pemetaan potensi di masing-masing
daerah, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi potensi apa yang dapat
dikembangkan dan dibangun.
Kemudian pemerintah bekerja sama
dengan lembaga keuangan baik bank maupun non bank, dalam hal pemberian modal
usaha untuk ekonomi kreatif. Sehingga dapat menciptakan iklim bisnis yang baik
dan positif. Tapi disisi lain pemerintah harus memantau lewat lembaga-lembaga
Ekraf yang dimiliki di tiap-tiap daerah. Pemerintah, akademisi, dan
pelaku-pelaku bisnis dapat melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat di
daerah-daerah.
Oleh karena itu, kita sebagai akademisi, pelaku bisnis, juga
masyarakat harus dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dan mengenali potensi
daerah untuk diidentifikasi apa yang dapat diinovasikan dan dikreatifitaskan.
Penting juga untuk mengenalkan dan memperdayakan masyarakat daerah mengenai
sistem ekonomi kreatif, sehingga mereka yang tidak memiliki pekerjaan dapat
terserap tenaganya.
Komentar
Posting Komentar